Akhirnya
bisa publish fic lagi setelah berabad-abad gak update #PLAK! Ya udah
daripada curcol mendingan langsung aja deh. Maaf kalo jelek, Author
Cuwaw ini belum bisa bikin fic yang bagus ._.
Title:
I
Miss You But I Can't See You
Disclaimer:
Vocaloid
punya Yamaha & Crypton Future Media ._.
Warning:
Jelek,
cuwaw (?), aneh, abal, OOC, typo dimana-mana, dan bikin sakit mata
#PLAK!
Don't
like? Don't read! Silahkan klik ikon back atau close tab kalo gak
suka dengan fic ini. Baca aja noh fic tetangga sebelah yang lebih
bermutu ._.
Normal
POV
Seorang
gadis tengah berbaring di tempat tidurnya. Tapi dia tidak terlelap.
Padahal hari sudah larut malam, tetapi dia masih terus terjaga. Dia
pun mengambil ponselnya yang terletak di meja kecil di sebelah tempat
tidurnya. Lalu dia menatap wallpaper
ponselnya
yang merupakan sebuah foto. Foto seorang pemuda bersurai hijau dan
bermata emerald
sama
seperti dirinya. Raut wajahnya berubah menjadi sulit diartikan ketika
menatap foto tersebut.
'Gumiya-kun.' gumam
gadis itu.
Di
tempat lain, seorang pemuda tengah melakukan hal yang sama dengan
gadis itu. Berbaring di tempat tidur tapi tetap terjaga. Dia mencoba
memejamkan matanya. Tapi, entah kenapa rasanya sulit sekali baginya.
Dia pun merubah posisi berbaringnya menjadi ke kiri, kemudian ke
kanan. Lalu dia menarik selimutnya hingga ke atas kepalanya. Tapi,
tetap saja dia tidak bisa tidur. Mungkin ini yang dinamakan insomnia.
'Gumi-chan.' lirih
pemuda itu.
Mungkin
kalian bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya membuat mereka tidak bisa
tidur walaupun hari sudah larut malam? Alasannya simple,
mereka hanya galau.
Lalu apa sebabnya? Segala sesuatu pasti ada sebabnya kan? Ah, nanti
kalian juga akan tahu.
Gumi
dan Gumiya. Mereka adalah sepasang kekasih. Apa kalian berpikir
mereka galau
karena
mereka sedang bertengkar? Tidak, tentu saja tidak. Mereka sudah
menjalani hubungannya selama 3 bulan dan nyaris
tidak pernah bertengkar.
Hubungan mereka berjalan dengan baik hingga saat ini. Dan tentu saja,
mereka saling mencintai satu sama lain.
Gumiya sangat
merindukan Gumi. Begitu juga Gumi, dia sangat merindukan Gumiya.
Ingin rasanya mereka bertemu pada detik ini juga. Tapi, apa daya.
Jarak diantara mereka berdua telah memisahkan mereka. Selain itu,
kondisi Gumiya yang belum diperbolehkan berpacaran oleh orang tuanya
membuat mereka harus berpacaran secara sembunyi-sembunyi.
Terkejut,
sedih sekaligus takut ketika Gumi mengetahui bahwa sebenarnya Gumiya
belum diperbolehkan berpacaran oleh kedua orang tuanya. Kenapa dia
tidak cerita dari awal? Jangankan bercerita, bahkan Gumiya belum bisa
terbuka jika ditanya soal keluarganya. Gumiya pernah bercerita pada
Gumi bahwa dia kurang akrab dengan Ayahnya dan saudara-saudaranya.
Gumi penasaran dan sangat ingin mengetahui apa sebabnya. Tapi ketika
Gumi bertanya, Gumiya tidak pernah menceritakannya. Gumi mencoba
untuk mengerti, walaupun sebenarnya dia sangat ingin tahu tapi Gumi
tak terlalu mempermasalahkan hal itu. Karena Gumi yakin, lambat laun
pasti Gumiya akan mencoba terbuka pada Gumi soal keluarganya.
Back
to story.
Gumi
meraih ponselnya yang ia taruh di atas meja kecil dekat tempat
tidurnya. Dia lihat jam yang ada di layar ponselnya itu, jam 11:47
PM. Dia menghela napas lalu menaruh ponselnya kembali ke atas meja
kecilnya. Lalu dia menarik selimutnya dan memeluk boneka beruang
kesayangannya yang dia beri nama 'Kuma-chan' itu erat-erat. Dia coba
memejamkan matanya. Tidak bisa... Tetap saja tidak bisa.
Dia
terus saja memikirkan Gumiya. Yang ada di otaknya kini hanyalah
Gumiya, kekasihnya tercinta. Semakin ia mengingat kekasihnya, semakin
sakit rasanya ketika dia menyadari kenyataan bahwa ia tidak bisa
bertemu kekasihnya. Sebenarnya mereka tidaklah berpacaran secara Long
Distance tetapi...
Rumah
mereka letaknya berjauhan walaupun masih satu kota.
Mereka
juga sibuk dengan kesibukan masing-masing di sekolah.
Dan
kondisi Gumiya yang dikekang oleh kedua orang tuanya.
Tapi
Gumi tetap bersabar. Dia tidak pernah marah ketika Gumiya tidak bisa
datang kerumahnya walaupun dia sangat ingin. Karena Gumi mengerti
keadaan Gumiya. Sering Gumi melihat sepasang kekasih jalan berduaan
sambil berpegangan tangan dan itu membuatnya teringat pada
kekasihnya, Gumiya. Tapi dia tidak pernah merasa iri. Tidak seperti
teman-temannya yang selalu merasa iri ketika melihat sepasang kekasih
sedang bermesraan di depan mereka. Dia juga tidak pernah mengikuti
teman-temannya yang selalu heboh ketika melihat cowok tampan. Karena
menurutnya, Gumiya lah yang paling tampan dan tidak akan pernah ada
yang menandinginya.
Menurut
Gumi, Gumiya itu memang kekasih terbaik yang pernah dia punya. Tak
pernah dia menemukan pemuda seperti Gumiya. Jika dibandingkan dengan
mantan-mantannya, tentu saja mantannya itu tidak ada apa-apanya. Gumi
sangat bersyukur Gumiya telah hadir di kehidupannya dan menemani
hari-harinya yang suram.
Maka dari itu Gumi bertekad
untuk menjadi
kekasih terbaiknya.
Gumi
tidak marah ketika Gumiya tak
bisa berkunjung kerumahnya.
Gumi
tidak marah ketika Gumiya tak bisa mengirim pesan padanya disaat dia
sedang sibuk.
Gumi
tidak marah ketika Gumiya tak bisa memberi coklat padanya di hari
Valentine.
Gumi
tidak marah ketika Gumiya tak bisa memberi hadiah padanya di hari
ulang tahunnya.
Itu
semua karena...
Gumi
mengerti kedaan Gumiya.
Gumi
tahu bahwa Gumiya sedang sibuk.
Dan
Gumi tidak butuh coklat di hari Valentine atau hadiah di hari ulang
tahunnya.
Karena
menurutnya, memiliki Gumiya saja sudah cukup. Dia tak butuh coklat
dan hadiah, yang dia butuhkan hanya cinta
dan kasih
sayang dari Gumiya.
Gumi
menyayangi Gumiya. Oh tidak, dia mencintainya. Sangat mencintainya.
Apa alasannya? Kenapa dia bisa begitu tergila-gila dengan pemuda
tersebut?
Menurutnya...
Walaupun
Gumiya itu pemarah.
Keras
kepala.
Tetapi...
Dia
itu baik.
Selalu
membuat Gumi tersenyum.
Selalu
membuat Gumi tertawa.
Dan
selalu membuat Gumi bersemangat.
Entah
akan bagaimana jadinya jika Gumiya pergi meninggalkan Gumi.
-o-o-o-
DRRT!
DRRT!
Tiba-tiba
ponsel Gumi bergetar. Dia pun
langsung menyambar ponselnya. Ternyata ada sebuah pesan. Tanpa babibu
dia langsung membaca pesan tersebut. Pesan dari siapa? Tentu saja
dari Gumiya. Dari siapa lagi?
From:
Gumiya
To:
Gumi
My
chest is so heavy.
Gumi
terkejut sekaligus bingung membaca isi pesan tersebut. Apa yang harus
dia lakukan? Harus membalas apa dia pada Gumiya? Akhirnya dia pun
hanya bisa menangis. Cairan bening mengalir dari sudut matanya.
'Apa
yang harus kulakukan? Bodoh... Dasar bodoh! Aku memang tak berguna!'
batin Gumi sambil terus menangis.
Gumiya
selalu merasa dadanya sakit ketika dia merindukan Gumi tetapi tak
bisa melihatnya. Di sisi lain, Gumi juga merasakan hal yang sama.
Tapi, Gumi akan menangis jika sudah tidak bisa menahan rasa sakit dan
sesak di dadanya. Bahkan ingin rasanya dia berteriak
sekencang-kencangnya.
-o-o-o-
Actually
even if I miss you, I can't see you.
But,
it's ok.
Because
I'm sure one day we'll meet again.
And
if that day come, I'll look into your eyes and holding your hands.
.
.
.
Fin
Yay~ Beres juga ini fic
:D Haah, pendek banget ya? Padahal ini memakan waktu 2 hari tapi
ternyata hasilnya cuma segini -__- Maaf, Lianya gak bisa numpahin ide
yang ada di otak Lia kedalam tulisan sih jadinya yaa begini X( Oh
iya, Lia ngerasa penulisan Lia di fic ini beda banget sama fic-fic
Lia sebelumnya. Bener gak sih? Ah, sudahlah. Yang penting...
REVIEW
PWEEEASE~ :3
Komentar
Posting Komentar