Sebenarnya
ide fic ini udah lama ada di otak Author Cuwaw ini tapi, karena
tiba-tiba dapet ide lain jadinya baru buat dah fic ini. Ya udah
langsung aja dah, cekidot ;)
The
Girl Who Always Feel Lonely
Disclaimer:
Vocaloid
punya Yamaha & Crypton Future Media ._.
WARNING!
Jelek,
abal, cuwaw alias aneh, OOC, typo dimana-mana, dst, dll, dllsb.
Don't
like? Don't read!
-o-o-o-
Normal
POV
Gadis
kecil berambut hijau itu hanya menatap batu nisan yang ada
dihadapannya dengan tatapan tak percaya. Batu nisan itu bertuliskan
nama ibunya, satu-satunya orang yang dia sayangi. Tapi kini ibunya
telah tiada, dipanggil oleh yang kuasa. Dia sendirian sekarang. Tak
akan ada lagi yang memperhatikannya, tak akan ada lagi yang
mendengarkan curahan hatinya, tak akan ada lagi yang menghiburnya
jika dia sedih, tak akan ada lagi yang membuatkan sup wortel
kesukaannya. Dia pasti akan merasa sangat kesepian.
Gadis
itu bernama Gumi Nakajima. Usianya 7 tahun saat ibunya meninggalkan
dia untuk selamanya. Bagaimana dengan ayahnya? Ayahnya malah menikah
lagi dengan wanita lain dan tidak memperdulikan Gumi sedikit pun.
Untung saja ada bibinya yang berbaik hati mau merawat Gumi.
8
years later...
8
tahun berlalu semenjak kematian ibunya yang membuat Gumi begitu
terpukul. Kini dia telah tumbuh menjadi gadis yang cantik (saking
cantiknya banyak banget yang ngefans sama dia #PLAK). Usianya 15
tahun sekarang. Dan hari ini merupakan hari pertamanya di sekolah
barunya.
Gumi
POV
Aku
segera bergegas berangkat menuju sekolah setelah menikmati sarapanku.
Hari ini adalah hari pertamaku sekolah di sekolah baruku. Ya, hari
ini adalah tahun ajaran baru. Hmm, tak terasa aku sudah menginjak SMA
sekarang.
Aku
menghentikan langkahku. Kulihat gerbang yang lumayan besar. Tak jauh
dari situ, aku melihat ada plang nama bertuliskan 'Voca High School'.
Jadi ini sekolahku? Ah, aku tak yakin akan bisa beradaptasi di tempat
ini. Karena memang aku merupakan orang yang sulit beradaptasi dengan
lingkungan baru.
Aku
pun segera melangkahkan kakiku, memasuki gerbang sekolah. Tapi
tiba-tiba...
BRUK!
“I-Itai...”
rintihku.
“Ah,
gomennasai.
Apa kau baik-baik saja?” tanya seorang pemuda yang tiba-tiba
menabrakku.
“Hey,
kalau jalan lihat-lihat dong!” kataku ketus.
“Kau
saja yang menghalangi jalan! Lagipula aku sudah minta maaf kan?!”
kata pemuda itu ikutan sewot.
Aku
hanya memanyunkan bibirku.
“Sini,
mau kubantu berdiri tidak?” tanya pemuda itu datar.
Aku
tau niatnya baik ingin membantuku berdiri, tapi dari nada bicaranya
jelas sekali dia menolongku seperti yang tidak niat.
“Tidak
usah, aku bisa berdiri sendiri kok!” kataku seraya berusaha berdiri
sendiri.
Tanpa
basa-basi aku pun langsung meninggalkan pemuda itu. Lalu berlari
memasuki sekolah, karena sebentar lagi upacara akan segera dimulai.
Baru hari pertama sekolah sudah ada yang hal yang menyebalkan. Huh,
sebal!
Time
skip!
Aku
segera memasuki kelas baruku, kelas 1-A. Lalu mencari bangku yang
masih kosong. Sialnya, hampir semua bangku sudah ditempati oleh anak
sekelasku yang lain, sigh.
“Kamu
mencari bangku yang kosong?” tanya seorang gadis berambut teal
dan
dikuncir dua.
“Ah,
i-iya. Tapi sudah ditempati semua ya sepertinya...”
“Itu
ada satu di dekat jendela, di belakang bangku yang sudah ditempati
Gumiya!” kata gadis itu riang, sepertinya dia sudah mengenal
beberapa teman sekelas ya?
“A-Arigatou,
hmm...”
“Miku
Hatsune, panggil saja aku Miku!” kata gadis itu seraya menjulurkan
tangannya, mengajak berjabat tangan.
“Aku
Gumi Nakajima, panggil saja Gumi.”
Setelah mengobrol
singkat dengan gadis itu, aku pun langsung pergi menuju bangku yang
ditunjukkan oleh gadis itu. Kemudian aku menyimpan tasku di kursi dan
duduk. Aku melihat keluar jendela. Wah, langit cerah ya hari ini?
Semoga hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan.
“Kamu...
Yang tadi pagi kan?”
Aku pun menoleh ke arah
sumber suara, rasanya aku kenal dengan suara itu.
“Ternyata
aku sekelas dengan gadis menyebalkan tadi ya? Haah, rasanya ingin
pindah kelas saja.” kata pemuda itu dengan tampang yang
menyebalkan.
“Cih,
memangnya aku mau sekelas denganmu? A
big NO!”
Pemuda itu hanya
tertawa sinis. Ah, sepertinya aku ralat saja kalimatku tadi. Hari ini
tidak akan menjadi hari yang menyenangkan!
Normal
POV
Bel sekolah berbunyi,
menandakan saatnya untuk istirahat. Murid-murid pun berhamburan
keluar kelas. Kecuali gadis berkacamata dan bersurai hijau itu, dia
tak beranjak dari bangkunya. Sesekali dia menatap keluar jendela dan
memandang langit. Tak beberapa lama kemudian dia mengeluarkan diary
kesayangannya dari dalam tas sekolahnya, kemudian menulis curahan
hatinya.
Dear
diary,
Hari
ini adalah hari pertamaku sekolah. Tapi, sudah ada hal yang
menyebalkan. Tadi pagi ada seorang pemuda yang tiba-tiba menabrakku!
Ah, menyebalkan sekali pemuda itu. Aku berharap tak akan pernah
menemuinya lagi. Tetapi, aku malah sekelas dengannya. Ah,
menyebalkan!
Oh
ya, aku tiba-tiba teringat okaa-san. Apa kabar ya okaa-san disana?
Aku sangat merindukan okaa-san...
Setelah
selesai menulis, gadis itu menutup diary-nya
dan kembali memasukkannya kedalam tas. Selama ini dia selalu menulis
curahan hatinya di buku diary
itu dan belum ada yang pernah membaca isi diary-nya.
Semenjak kematian ibunya, Gumi menjadi tertutup. Dia tak pernah
menceritakan masalahnya kepada bibinya. Dia juga selalu terlihat
tegar di depan bibinya. Walaupun sebenarnya hatinya begitu rapuh. Dia
sangat kesepian...
Time
skip! Back to Gumi POV
Sekarang sudah saatnya
untuk pulang. Tapi, malah hujan. Hujannya lumayan deras lagi, mana
aku tak membawa payung. Haah, terpaksa aku harus menunggu di sekolah
hingga hujannya reda. Hari ini keberuntungan memang tak sedang
berpihak padaku ya? Sigh.
“Loh,
kau belum pulang, Gumi?” tanya Miku yang menyadarkan lamunanku.
“I-Iya,
aku tak membawa payung sih.”
“Hee,
kalau begitu aku duluan ya!” kata Miku berpamitan.
“Iya,
hati-hati, Miku!”
Miku pun pergi
meninggalkan aku sendirian. Haah, menyebalkan. Ayolah, cepat reda
hujan! Aku ingin cepat pulang!
“Kau
belum pulang?” tanya seseorang di belakangku.
Aku pun menoleh kearah
sumber suara. Sial, ternyata si pemuda berambut hijau yang
menyebalkan itu!
“Oii,
aku tanya. Kau belum pulang?” tanya pemuda itu untuk yang kedua
kalinya karena aku tak menjawab.
“Memangnya
kenapa? Bukan urusanmu kan, BAKA!”
kataku ketus dengan penekanan pada kata 'BAKA'.
“Aku
kan tanya baik-baik, dasar tsundere!”
kata pemuda itu sewot.
“Apa
kau bilang?!” kataku ikutan sewot.
“Tak
ada siaran ulang!” kata pemuda itu masih dengan nada yang engga
selow (?)
Kemudian...
Hening.
Tak ada yang membuka
suara. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Kenapa dia terus
berada disini sih?
“Mau
sampai kapan kau berada disini, baka?”
kataku memecah keheningan.
“Sampai
kau pulang. Berhenti memanggilku baka!
Aku kan punya nama.” kata pemuda itu datar.
“Untuk
apa menungguku pulang?! Kalau mau pulang, pulang saja! Lagipula kau
kan bawa payung! Tinggal pulang saja susah!” pekikku.
“Tak
baik meninggalkan seorang gadis sendirian.”
“Eh?”
seketika wajahku langsung blushing.
“Wahahaha,
ternyata gadis galak sepertimu bisa blushing
juga
ya? Hahaha.”
“S-Siapa
yang blushing?
Tidak kok!” kataku seraya memalingkan wajahku, berusaha
menyembunyikan wajahku yang entah kenapa tiba-tiba blushing.
“Hujannya
sudah reda tuh, cepat pulang sana! Nanti keluargamu khawatir.”
“Tanpa
kau suruh juga aku akan pulang, baka!”
Aku
pun langsung bergegas pergi meninggalkan pemuda itu. Beruntunglah
hujan sudah mulai reda, jadinya aku bisa pulang kerumah. Jadi aku tak
usah membuang waktu untuk berbicara dengan pemuda baka
itu
kan.
“Gumi!”
Dia tiba-tiba berteriak
memanggilku dari kejauhan, aku pun menoleh.
“Hati-hati
ya!”
Aku mengacuhkannya dan
langsung melangkahkan kakiku. Kenapa tiba-tiba jantungku berdegup
kencang?
-o-o-o-
Still
Gumi POV
Aku langsung
menghempaskan badanku ke tempat tidurku dengan seragam yang masih
menempel di badanku. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan
bagiku. Belum lagi pemuda itu, ah sial! Kenapa aku kepikiran terus
ya?
“Hati-hati
ya!”
Haah,
baka!
Berhenti memikirkan dia, Gumi!
TOK
TOK TOK
Tiba-tiba aku mendengar
suara pintu kamarku yang diketuk.
“Gumi,
ayo makan.”
“Ah,
iya sebentar. Aku mau ganti baju dulu.”
Aku
pun bangkit dari tempat tidurku lalu mengganti pakaianku menjadi
t-shirt
berwarna hijau dan celana pendek. Setelah itu aku menuruni tangga dan
bergegas menuju ruang makan.
“Wah,
sup wortel kesukaanku!”
“Ayo
cepat dimakan, nanti keburu dingin.”
“Itadakimasu!”
-o-o-o-
Keesokan
harinya...
Sial,
sepertinya hari ini juga keberuntungan tidak berpihak padaku. Ingin
tau kenapa? Aku terlambat! Argh, sial! Jadinya aku harus berlari
secepat mungkin ke sekolah. Semoga saja gerbang sekolah belum
ditutup. Ah, aku sudah mau sampai. Wah, gerbangnya belum ditutup!
Yokatta~
Aku pun segera memasuki sekolah lalu berlari menuju kelasku.
BRAK!
“Hosh...
Hosh... OHAYOU
GOZAIMASU, MINNA-SAAAN!!!”
Krik krik.
Sial!
Apa yang aku lakukan?! Membuka pintu dengan cara 'dibanting' kemudian
teriak-teriak gak jelas?!! Aku ini bodoh atau apa sih?!!! Baka,
Gumi!!!
“E-Eh?
O-Ohayou,
Nakajima-san.” kata seorang pemuda berambut honey
blonde sambil
sweatdropped.
“O-Ohayou,
Gumi.” kata Miku yang ikutan sweatdropped
juga.
“O-O-Ohayou,
Nakajima.” kata seorang gadis berambut honey
blonde dengan
pita putih besar di kepalanya.
Semuanya melihat
kearahku dengan tatapan aneh. Kemudian... Hening.
Aku hanya berdiri
mematung di depan pintu kelas.
“Wahahaha,
kau ini bodoh atau apa sih?” kata si pemuda menyebalkan bernama
Gumiya tiba-tiba.
Aku
hanya melemparkan death-glare
lalu segera duduk di kursiku karena bel sudah berbunyi.
-o-o-o-
Sudah
saatnya jam istirahat tapi, aku tak beranjak dari kursiku. Tak ada
yang mengajakku ke kantin atau makan bentou
bersama.
Semuanya sibuk dengan kesibukan masing-masing. Ah, aku seperti
dianggap tidak ada di kelas ini. Seperti patung saja, hahaha. Kasian
sekali...
Dear
diary,
Hari
ini adalah hari kedua aku bersekolah di sekolah baruku ini. Tapi, aku
belum mempunyai teman satu pun. Tak ada yang mengajakku berbicara
atau ke kantin bersama atau makan bentou bersama ketika jam
istirahat. Rasanya aku dianggap tak ada disini. Keberadaanku memang
tak diinginkan. Sepertinya memang aku harus selalu sendirian ya?
Hahaha. Tak apalah, lagipula lebih baik sendiri.
Yaa,
walaupun sebenarnya aku merasa sangat kesepian dan butuh teman...
“Apa
yang sedang kau tulis?” tanya seseorang tiba-tiba.
“KYAAAAA!
Kau membuatku kaget, baka!”
kataku seraya menutup buku diaryku.
“Itu
buku diary
ya?
Lihat dong.” kata pemuda yang membuatku terkejut barusan yang tak
lain dan tak bukan adalah Gumiya.
“Tidak!”
“Sebentar
saja.”
“TIDAK!”
“Ayolah,
hanya sebentar.”
“Aku
bilang tidak ya tidak, dasar baka!”
Tapi
entah bagaimana caranya, dia bisa dengan mudah mengambil buku diaryku
dari tanganku.
“K-Kembalikan!”
“Engga
mau, buku diary
ini
sudah jatuh ke tanganku, hahahaha.”
KRIIING!
“Ah,
sudah bel masuk. Kalau kau mau diary
ini
kembali ke tanganmu, temui aku di atap sekolah saat pulang sekolah
nanti.”
WHAAAT?! Apa katanya
tadi?
“Tapi
itu kan punyaku!” kataku dengan nada gak selow (?)
“Maka
dari itu, kalau kau ingin diarymu
ini kembali temui aku di atap sekolah nanti.” kata Gumiya sambil
berlalu menuju kursinya dan memasukkan diaryku
kedalam tasnya.
GYAAA! Apa-apaan ini?!
-o-o-o-
Aku segera merapikan
buku dan alat-alat tulisku ketika bel pulang sekolah berbunyi. Dan
aku pun segera bergegas menyusul Gumiya yang sudah melesat pergi
entah sejak kapan. Tetapi ketika akan menapakkan kakiku keluar kelas,
tiba-tiba Miku memanggilku.
“Ada
apa, Miku?” tanyaku.
“Maaf,
bisa kau gantikan aku piket hari ini? Aku harus cepat-cepat pulang
soalnya.” kata Miku.
“Eh?
Boleh-boleh saja sih.” kataku walaupun sebenarnya aku malas.
“Arigatou,
Gumi! Ya sudah aku duluan yaa, jaa ne!” kata Miku kemudian melesat
pergi meninggalkan aku sendirian di kelas.
Apa-apaan ini? Aku
piket sendiri? Kemana yang lainnya?! Sial, sepertinya aku hanya
dimanfaatkan! Ah sudahlah~ Sebaiknya aku cepat-cepat menyelesaikan
tugas piketku ini agar bisa menemui Gumiya secepatnya.
-o-o-o-
“Lama
sekali kau!” bentak Gumiya padaku.
“Gomen,
tadi aku menggantikan Miku piket. Mana diaryku?
Cepat kembalikan!”
“Kau
pikir semudah itu?”
“Hee,
apa maksudmu?” tanyaku heran.
“Jika
kau ingin diarymu
ini kembali, kau harus melakukan apa yang aku mau.”
“APA
KAU BILANG? ENAK SAJA, AKU TIDAK MAU!” kataku berteriak.
“Ya
sudah kalau kau tak mau juga tak apa sih.” kata Gumiya innocent.
“Kau
mau aku melakukan apa?” tanyaku.
“Serius
kau akan melakukannya?” tanya Gumiya memastikan.
“Iya.
Apa pun akan kulakukan demi diary
itu
kembali ke tanganku.” kataku mantap.
“Sepertinya
diary
ini
sangat berharga bagimu ya?” kata Gumiya sambil ber-evil-smirk
(?)
“Cepat
katakan apa yang harus kulakukan.”
“Tak
sabaran sekali kau ini. Hmm kalau begitu, jadilah maidku
selama tiga hari.”
“APAAA?!!”
kataku teriak pake toa (?)
“Bagaimana?
Kau mau atau tidak?” tanya Gumiya santai.
“Kau
pasti bercanda!”
“Tidak,
aku serius.”
“Huh,
baiklah kalau memang itu maumu.”
“Sini
minta nomor ponselmu.”
“E-Eh?
Untuk apa?”
“Agar
aku bisa dengan mudah menghubungimu.”
“Huh,
ya sudah. Nih!”
Dengan terpaksa aku
memberi nomor ponselku pada Gumiya. Agar bisa dengan mudah
menghubungiku katanya? Cih, kurasa hanya modus belaka (Lichan: Yup
betul, cuma modus tuh! #PLAK!). Setelah memberi nomor ponselku, aku
pun langsung bergegas pulang kerumah.
-o-o-o-
Aku
langsung memasuki kamarku dan menghempaskan badanku ke tempat tidur
ketika sudah sampai di rumah. Aku tatap langit-langit kamarku.
Tiba-tiba saja aku teringat Gumiya yang menyebalkan itu. Ah, sial!
Kenapa aku harus jadi maidnya
segala sih?! Aku pun mengacak-ngacak rambutku.
DRRT
DRRT!
Eh? Ada pesan? Dari
siapa ya?
PIP!
To:
Gumi
From:
Unknown
Jangan
lupa, mulai besok kau akan menjadi maidku selama tiga hari~ ;)
-Gumiya
Cih,
si baka
itu
ternyata.
To:
Gumiya
From:
Gumi
Cerewet!
Aku
juga sudah tau itu, baka!
Sent!
Aku
pun menutup flip
ponselku.
Haah, sepertinya besok akan menjadi hari yang melelahkan bagiku.
-o-o-o-
Aku
berjalan menuju kelasku secara mengendap-ngendap. Kemudian mengintip
dari ambang pintu kelas. Ah, si baka
itu
belum datang ya? Semoga saja dia tidak masuk, agar aku tak perlu
repot-repot menjadi maidnya.
“Oii,
apa yang sedang kau lakukan?”
“KYAAAAA!
Jangan membuatku kaget dong!”
“Salah
kau sendiri, menghalangi jalan.”
Aku mengerucutkan
bibirku kemudian berjalan menuju kursi tempat dudukku. Disusul Gumiya
yang berjalan di belakangku. Bel pun berbunyi, semua murid langsung
duduk di bangku masing-masing. Tak berapa lama kemudian,
Kiyoteru-sensei memasuki kelas kami.
-o-o-o-
Bel
kembali berbunyi, menandakan saatnya untuk jam istirahat. Seperti
biasa, aku tak beranjak dari kursi tempat aku duduk. Membosankan
sekali, ingin rasanya aku akhiri ini semua. Aku membuka tas
sekolahku, mencari-cari diary
kesayanganku.
Tapi, kenapa tidak ada ya? Ah, aku lupa. Diaryku
kan diambil Gumiya, sigh.
“Mau
sampai kapan kau duduk disini, hah?” tanya Gumiya menyadarkan
lamunanku.
“Sampai
kapan pun aku mau.” kataku datar.
“Kau
lupa perjanjian kita kemarin? Cepat ikut aku.” kata Gumiya seraya
menyeretku entah kemana.
“Kyaaa!”
A
few minutes later...
Normal
POV
Gumiya terus menyeret
Gumi hingga ke taman yang ada di belakang sekolah. Gumi terus
meronta-ronta dan berteriak minta dilepaskan. Tapi tenaga Gumiya
lebih besar dari tenaga Gumi, akhirnya terpaksa lah Gumi
ngikut-ngikut si Gumiya. Sesampainya di taman belakang sekolah,
Gumiya melepaskan tangannya yang memegang erat pergelangan tangan
Gumi.
“Baka!
Pergelangan tanganku sakit tau!” pekik Gumi.
“Iya-iya,
maaf.” kata Gumiya datar.
“Lagipula
untuk apa kau membawaku kesini?” tanya Gumi.
“Aku
hanya ingin membicarakan sesuatu denganmu, ini menyangkut tentang isi
diarymu
itu.” kata Gumiya.
“K-Kau!
Kau membaca isi diaryku?!
Tidak sopan sekali!” teriak Gumi sejadi-jadinya (?)
“Kau
tidak punya teman?”
“Kau
merasa kesepian?”
“Sejak
kapan ibumu meninggal?”
Gumi tak menjawab satu
pun pertanyaan Gumiya yang beruntun itu. Dia tidak menyangka Gumiya
akan bertanya seperti itu. Gumi pun menundukan kepalanya dan berusaha
menahan air matanya yang akan keluar. Gumiya langsung memeluk Gumi,
sontak perbuatan Gumiya itu membuat Gumi terkejut.
“E-Eh?”
“Kalau
kau mau menangis, menangis saja. Setelah kau merasa agak tenang, aku
ingin kau bercerita tentang kehidupanmu.”
“HUWAAAAA~”
Gumi pun langsung
menangis sejadi-jadinya dipelukan Gumiya. Setelah merasa agak tenang,
Gumi pun menceritakan tentang kehidupannya pada Gumiya sambil duduk
di bawah pohon sakura yang ada di taman belakang sekolah.
“Ibuku
meninggal 8 tahun lalu karena kecelakaan. Lalu ayahku, menikah lagi
dengan wanita lain dan tidak peduli padaku sedikit pun. Untung saja
ada bibiku yang mau merawatku hingga saat ini.” kata Gumi panjang x
lebar = luas (?)
“H-Hey,
kenapa kita jadi seakrab ini?” pekik Gumi ketika sadar bahwa ia
sedang curcol dengan pemuda yang selalu bertengkar dengannya.
“Aku
kan temanmu.” kata Gumiya yang sukses membuat Gumi blushing.
“Gumi...
Aku-”
KRIIING!
Belum sempat Gumiya
menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja bel berbunyi.
“Kau
mau bilang apa?” tanya Gumi penasaran.
“Ah,
ti-tidak kok bukan apa-apa. Ini aku kembalikan diarymu.
Lupakan saja soal maid
itu.”
kata Gumiya seraya menyerahkan diary
Gumi
lalu bergegas menuju kelas.
Gumi hanya menatap
Gumiya yang mulai hilang dari pandangannya. Seketika wajah Gumi
merona dan entah kenapa jantungnya berdegup sangat kencang.
Sepertinya Gumi telah jatuh cinta pada Gumiya yang sering dia sebut
'pemuda menyebalkan' itu.
-o-o-o-
Gumi
POV
Aku
melangkahkan kakiku menuju kelas. Ketika berada di ambang pintu,
kulihat Gumiya sedang mengobrol dengan pemuda berambut honey
blonde bernama
Kagamine Len. Aku pun bergegas menuju bangku tempat aku duduk sambil
menundukan wajahku yang sangat merah bagaikan tomat. Entah kenapa
rasanya gugup sekali ketika melihat Gumiya. Apa ini yang dinamakan
jatuh cinta?
Bel sekolah berbunyi.
Semua murid langsung pergi menuju ruang ganti, karena pelajaran
pertama hari ini adalah olahraga. Aku pun menggantikan pakaianku
menjadi seragam olahraga. Lalu segera bergegas menuju lapangan.
Disana sudah ada Meiko-sensei yang menunggu kami.
Setelah semua murid
berkumpul di lapangan, Meiko-sensei menyuruh kami untuk lari
mengelilingi lapangan sebanyak 5 kali. Aku yang notabene tidak
menyukai olahraga tentu saja lari sambil malas-malasan. Haah, kenapa
harus ada pelajaran olahraga sih? Aku berharap pelajaran ini
dihilangkan saja.
Baru saja aku
mengelilingi lapangan sebanyak 3 kali tapi, entah kenapa tiba-tiba
saja kepalaku terasa pusing. Pandanganku juga kabur. Aku pun
memperlambat laju lariku. Makin lama kepalaku malah semakin terasa
pusing. Akhirnya hanya warna hitamlah yang bisa aku lihat.
Normal
POV
“Kyaaa,
ada yang pingsan!” teriak seorang murid berambut honey
blonde dengan
pita putih besar di atas kepalanya.
Semua
murid pun langsung panik, begitu juga Meiko selaku guru olahraga di
Voca High School. Murid-murid pun langsung bergegas menuju TKP
(#PLAK), begitu juga Gumiya. Dilihatnya gadis bersurai hijau yang
tergeletak tak berdaya di ujung lapangan. Betapa terkejutnya Gumiya
ketika melihat bahwa gadis yang pingsan itu adalah... Gumi! Tanpa
pikir panjang Gumiya pun langsung menggendong Gumi ala bridal
style lalu
membawanya ke UKS.
Sesampainya
di UKS...
Gumiya langsung
membaringkan Gumi di sebuah tempat tidur yang ada di UKS. Dilihatnya
wajah Gumi yang pucat dan matanya yang terus terpejam. Gumi belum
sadarkan diri. Tak berapa lama, beberapa teman sekelas Gumiya dan
Meiko-sensei memasuki ruangan UKS.
“Bagaimana
keadaannya, Gumiya?” tanya seorang gadis berambut teal
dan
dikuncir dua.
“Dia
masih belum sadar. Kalian pergi saja ke kelas duluan, aku akan
menunggunya disini.” kata Gumiya.
Mereka pun pergi
meninggalkan Gumiya sendirian di UKS. Gumiya duduk di kursi yang
terletak tidak jauh dari tempat tidur yang ada di ruangan UKS
tersebut. Dilihatnya lagi wajah gadis yang sedang terbaring tak
sadarkan diri disampingnya. Dengan hati-hati dia mengusap wajah gadis
itu, lalu membelai rambutnya. Kemudian ia genggam tangan gadis itu,
dan mengecup punggung tangan gadis itu dengan lembut.
'Cepatlah sadar,
Gumi...' batin Gumiya.
-o-o-o-
Gumi membuka kedua
matanya perlahan kemudian dia mengerjapkan matanya sekali dua kali.
“Dimana
aku?” gumamnya.
Dia kembali
mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Lalu dia mencoba merubah posisi
berbaringnya menjadi duduk. Betapa terkejutnya dia ketika melihat
Gumiya yang sedang tertidur pulas di pinggir tempat tidurnya. Tak
berapa lama kemudian, Gumiya pun terbangun.
“Ah,
kau sudah sadar ternyata.” kata Gumiya sambil tersenyum.
“Kenapa
aku ada di UKS?” tanya Gumi dengan tatapan bingung.
“Tadi
kau pingsan saat pelajaran olahraga.” terang Gumiya.
“E-Eh?
Aku pingsan? Tapi, kenapa kau ada disini?” tanya Gumi.
“Aku
yang membawamu kesini, karena tak tega jadinya aku menunggumu sampai
sadar. Tapi aku malah tertidur pulas, ahaha.” seketika wajahnya
blushing.
“Hontou
ni?
Arigatou,
Gumiya!”
kata Gumi riang.
“Do
itashimashite.” jawab
Gumiya.
“Tak
kusangka ternyata masih ada yang peduli padaku, kukira sudah tak akan
ada yang peduli lagi.” kata Gumi lirih.
“Siapa
bilang?” tanya Gumiya.
“Aku
kan barusan yang bilang. Kau juga tau kan aku ini tidak punya teman?
Tak ada seorang pun yang akan peduli padaku. Bahkan ayahku tak peduli
sedikit pun kan padaku?” cairan bening mulai mengalir membasahi
pipi Gumi.
“Aku
peduli.” kata Gumiya singkat.
“Kenapa?
Kenapa kau peduli padaku?” tanya Gumi dengan cairan bening yang
masih membasahi kedua pipinya.
“Karena...”
“Karena
apa?” tanya Gumi penasaran.
“Karena
aku menyukaimu, Gumi.” kata Gumiya yang sukses membuat Gumi
ber-blushing-ria.
“E-Eh?”
Gumiya langsung memeluk Gumi dengan erat dan penuh kasih sayang
kemudian
mengecup pipinya dengan lembut,
tentu saja perlakuannya itu membuat gadis yang ada dihadapannya
tambah blushing.
“Jangan
menangis lagi ya, aku tak mau melihatmu menangis.” kata Gumiya
seraya menghapus air mata yang mengalir di pipi Gumi.
“Iya!”
senyum manis terukir di wajah gadis bersurai hijau tersebut.
-o-o-o-
Aku Gumi Nakajima.
Usiaku 7 tahun saat
ibuku meninggalkan aku untuk selama-lamanya.
Ayahku menikah lagi
dengan wanita lain, dan tak memperdulikan aku sedikit pun.
Akhirnya, bibiku lah
yang merawatku hingga saat ini.
Semenjak ibuku
meninggal, aku tidak mempunyai teman dan selalu merasa kesepian.
Tetapi, kehidupanku
berubah ketika bertemu dirimu.
Semuanya berawal dari
sebuah pertemuan singkat, di hari pertama ajaran baru.
Awalnya aku mengira kau
itu pemuda yang menyebalkan.
Tapi ternyata,
penilaianku itu salah besar.
Dibalik sifatmu yang
menyebalkan itu, ternyata kau itu baik ya?
Sekarang aku tak merasa
kesepian lagi.
Karena ada dirimu yang
selalu menemaniku.
Terimakasih telah
membuat hari-hariku menjadi lebih berwarna.
.
.
.
.
.
END
Yeah, beres juga! Untuk
yang pertama kalinya Lia bikin one-shot sampe 3000++ words! Biasanya
sih cuma serebu ya? Wkwk. Gimana fic buatan Author Cuwaw ini? Jelek
kah? Of course yes, I know it! Intinya...
Silahkan
review pemirsa ._.
Komentar
Posting Komentar