Akhirnya
setelah sekian lama Lia bisa juga bikin fanfic DN! Ya udah deh
daripada kebanyakan bacot mendingan langsung aja dibaca yaa~
Irine's
Love Story
Disclaimer:
Dragon Nest punya Kreon, Shanda
Games dan EyeDentity (Lia: Bener kagak nih disclaimernya? #PLAK!)
WARNING!
Jelek, abal, cuwaw alias aneh,
bikin sakit mata, bikin sakit perut, dst, dll, dllsb.
Don't
like? So, don't read this junk fic!
-o-o-o-
Normal
POV
Irine terbangun dari
tidurnya yang lelap. Hari sudah pagi, dia pun membuka matanya
kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali. Lalu dia merubah posisi
tidurnya menjadi duduk di pinggir tempat tidurnya.
“Hmm, sudah pagi ya?”
Irine mengucek-ngucek matanya.
Setelah mengumpulkan
nyawa (?), Irine segera bangkit dari tempat tidurnya. Lalu dia
mengambil handuk dan pergi mandi. Setelah selesai mandi, Irine pun
memakai dress berwarna merah
yang biasa dia pakai. Tak lupa sepatu boots berwarna
putih yang menghiasi kakinya dan topi berwarna senada dengan
dress-nya.
“Sepertinya hari ini
akan melelahkan seperti biasanya.” gumam Irine seraya bergegas
menuju pusat kota Saint Haven.
Irine atau yang
biasanya disebut Events Planner Irine, adalah Events Planner terimut
seantero Verathea (Lia: Lah, orang Events Planner-nya aja cuma satu
kok #PLAK!). Sudah cantik, imut, ramah, murah senyum pula. Wajar saja
kan kalau dia banyak fansboy-nya?
Irine
pun tiba di pusat kota Saint Haven, seperti biasa dia berdiri di
dekat air mancur (Lia: Benar gak sih? Lia lupa soalnya #PLAK!) yang
ada di tengah kota. Sesekali dia melemparkan senyum manisnya ke
adventurer yang lewat.
Tak beberapa lama kemudian, sekumpulan adventurer
cowok datang menghampirinya.
“Would you like to
know about our current events?”
tanya Irine dengan ramah.
Para fansboy Irine yang
melihat senyum manis Irine yang cetar membahana pun memandang Irine
dengan mata lope-lope.
“Irine, ambil bunga
ini!” kata seorang Sword Master sambil memberikan bunga fresia pada
Irine.
“Terimakasih~”
“Clover! Ambil Clover
ini” kata seorang Mercenary sambil memberikan Four Leaf Clover.
“Terimakasih~”
“Ini,
shortcake untukmu. Tapi, bentuknya sudah agak hancur...” kata
seorang Cleric sambil memberikan shortcake yang sudah tak berwujud
(?) dengan wajah blushing.
Dan
masih banyak lagi adventurer
cowok lainnya yang memberikan beberapa gift
kesukaan Irine. Saking banyaknya, bahkan sampai ada yang rusuh.
“Hey,
minggir kau!” teriak seorang Sword Master berambut blonde.
“Kau yang minggir!
Pergi sana!” pekik seorang Lunar Knight berambut biru.
“Tch! Kau ingin aku
tebas dengan +10 Apocalypse Sword-ku ini, hah?!” teriak si Sword
Master.
“Apocalypse Sword
katamu? Memang masih jaman? Purple weapon dong!” kata si Lunar
Knight meremehkan.
“S-Sudah jangan
bertengkar.” kata Irine berusaha melerai pertengkaran sang Sword
Master dengan Lunar Knight tersebut.
Keduanya tak
mendengarkan perkataan Irine, terus saja beradu mulut.
“Tak usah banyak
bicara! Ayo kita selesaikan di Coloseum saja!” tantang si Lunar
Knight.
“Ayo!” kata si
Sword Master.
Dan mereka pun pergi
menuju Coloseum untuk berduel. Irine yang melihat itu hanya
menggeleng-geleng kepala dan menghela nafas.
'Haah, ada-ada saja.'
batin Irine galau.
Sebenarnya
Irine sudah mulai lelah menghadapi ini semua. Fansboy-nya yang super
gila, aneh dan sarap. Belum lagi jika ada fansboy-nya yang tiba-tiba
menyatakan cinta pada Irine dan ingin menjadi pacarnya, ditambah para
adventurer cewek yang
selalu menatap Irine dengan tatapan benci karena jealous.
“Apaan sih si Events
Planner itu? Sok imut banget!” kata seorang Sorceress jengkel.
“Iya. Menjijikan!”
kata seorang Force User.
“Kenapa dia tidak
lenyap saja sih dari Verathea ini?” gerutu seorang Hunter.
“Iya. Karena ada si
Events Planner itu cowok-cowok rela melakukan apa saja demi si cewek
sok imut tersebut.” tambah seorang Archer.
“Padahal bila
dibandingkan, masih cantik kita-kita kan? Iya gak?” tanya seorang
Acrobat pada teman-temannya.
Teman-temannya pun
mengangguk tanda setuju dengan pendapat si Acrobat selaku ketua Guild
mereka.
Dan
masih banyak lagi ocehan-ocehan para adventurer cewek
buat Irine sang Events Planner imut seantero Verathea ini.
Ah,
ingin sekali Irine mengakhiri ini semua. Tapi, mau bagaimana lagi?
Irine tidak bisa berhenti bekerja sebagai Events Planner begitu saja.
Jadinya terpaksa lah Irine bertahan menghadapi ini semua. Walaupun
sebenarnya dia sudah benar-benar lelah tapi, dia tetap berusaha
tersenyum pada semua adventurer di
kota Saint Haven yang megah ini.
“Irine, jadilah
pacarku!” pekik seorang Warrior.
Irine terkejut
mendengarnya.
“E-Eh? Anu... Hmm,
bagaimana ya? Aku...”
“Maaf,
dia sudah punya pacar.” kata seorang Barbarian berambut coklat dan
bermata dark blue yang
tiba-tiba muncul dibelakang Irine sambil memegang pundak si cewek
berambut coklat dan bermata merah bagaikan ruby
itu.
Semua
fansboy Irine yang sedang mengerumuninya langsung terkejut dan
facepalm. Irine
sendiri juga terkejut mendengar perkataan sang Barbarian tersebut,
wajahnya langsung blushing.
“Mulai
sekarang jangan ganggu Irine lagi, ok? Atau kalian akan kupotong
dengan Ancient Totem Axe-ku ini dan akan kujadikan kalian sebagai
santapan Cerberus.” ancam si Barbarian sambil melemparkan
death-glare.
Para
fansboy Irine yang mendengarnya langsung bergidik ngeri, mereka pun
langsung meninggalkan Irine sambil ber-pundung-ria. Ada yang nangis
bombay, ada yang nangis sambil guling-guling, bahkan ada yang
langsung lompat dari jembatan tempat kedatangan para adventurer
yang baru tiba di Saint Haven
ketika baru mencapai level
24 (Lia: Gila! Lompat dari jembatan itu? Kan tinggi banget QAQ
#PLAK!).
Fansboy Irine yang
mengerumuni Irine pun menghilang satu persatu. Sekarang tinggal Irine
dan si Barbarian yang menyelamatkannya dari kerumunan fansboy-nya
yang super gila, cuwaw dan sarap.
“Nah, sudah aman kan
sekarang.” kata si Barbarian menyadarkan lamunan Irine.
“E-Eh? Iya.” jawab
Irine seadanya.
“Kenapa kau mengaku
sebagai pacarku tadi? Padahal kenal saja belum.” kata Irine.
Sang Barbarian hanya
blushing.
“E-Eh?
Itu... Aku kasian saja sama kamu yang digangguin terus sama
adventurer cowok yang
aneh-aneh itu.” kata si Barbarian, Irine hanya ber-oh-ria.
“Ya
sudah, kalau begitu aku mau lanjut hunting ya.”
kata si Barbarian seraya meninggalkan Irine.
“T-Tunggu!” pekik
Irine.
Cowok
berambut coklat dan bermata dark blue
itu menoleh, “Ada apa lagi?”
“Namamu... Siapa
namamu?” tanya Irine dengan rona merah di wajahnya.
“Korganos. Salam
kenal, Irine.” kata cowok yang kita ketahui bernama Korganos itu.
Cowok itu pun kembali
berjalan menjauhi Irine tapi, langkahnya kembali terhenti ketika
Irine memanggilnya lagi untuk yang kedua kalinya.
“Hey, tunggu!”
“Ada apa lagi,
Irine?” tanya cowok itu.
“Itu... Soal tadi...
Terimakasih.” kata Irine gugup.
“Sama-sama.” jawab
Korganos sambil tersenyum.
Korganos pun
meninggalkan Irine yang wajahnya sudah merah bagaikan tomat. Irine
atau yang biasa disebut Events Planner Irine, umur 17 tahun, tidak
pernah mengenal yang namanya cinta. Akhirnya dia jatuh cinta pada
pandangan pertama, pada Korganos si Barbarian yang telah
menyelamatkannya dari kerumunan para fansboy-nya yang aneh.
“Korganos...” gumam
Irine.
“DOR!” seseorang
mengejutkan Irine.
“KYAAAAA!” Irine
berteriak saking kagetnya.
“Wahaha, lucu sekali
ekspresimu, Irine~” kata gadis itu sambil memeluk Irine.
“Ah, ternyata kau,
Arlia.” kata Irine.
“Siapa cowok tadi?
Pacarmu ya?” tanya seorang Acrobat yang dipanggil 'Arlia' oleh
Irine.
Seketika
wajah Irine blushing,
“A-Apa maksudmu, aku kan gak punya pacar!”
“Terus yang tadi itu
siapa? Teman? Sahabat? Atau... Kau suka pada cowok itu?” tanya
Arlia bertubi-tubi dan pertanyaan terakhirnya sukses membuat wajah
Irine merah bagaikan buah apel.
“T-Tidak kok!”
pekik Irine.
“Ayolah, kau tidak
bisa berbohong pada sahabatmu ini, Irine~” ledek Arlia.
Akhirnya Irine
menyerah, “Haah, baiklah. Memang sulit membohongi sahabatku yang
satu ini.”
“Sudah kubilang kan,
aku ini bukan orang yang mudah dibohongi.” kata Arlia sambil
nyengir kuda (?)
Irine pun bercerita
pada Arlia tentang Barbarian yang baru ditemuinya beberapa menit
lalu. Arlia memang sahabat Irine yang selalu mendengarkan curahan
hatinya. Dia juga merupakan orang yang paling mengerti Irine.
“APAAA?! Jadi tadi
dia berpura-pura menjadi pacarmu hanya agar fansboy-mu yang aneh itu
tidak mengganggumu lagi?!!” teriak Arlia lebay kebangetan.
“I-Iya. Aneh kan?
Padahal kita belum pernah bertemu sebelumnya loh.” kata Irine.
“Lalu,
kau jatuh cinta padanya pada pandangan pertama? Love at
first sight? Cieee~” ledek
Arlia pada Irine.
Wajah Irine kembali
dihiasi rona merah, “Sudah ah, meledek terus kau ini, huh.”
“Hahaha,
ya sudah. Good luck,
ya. Aku mau hunting lagi.”
kata Arlia berpamitan.
“Heee,
apa maksud dari kata 'Good luck'
itu?” tanya Irine.
“Kau
pikir saja sendiri, Irine. Bye~”
Arlia mulai hilang dari
pandangan Irine.
'Haah, dasar. Sudahlah
tak usah terlalu dipikirkan. Saatnya kembali bekerja.' batin Irine.
-o-o-o-
Hari ini seperti
biasanya, Irine melakukan pekerjaannya sebagai Events Planner. Tapi
kali ini, tidak ada lagi gangguan dari para fansboy-nya yang super
aneh itu. Irine merasa lega. Untung saja ada si Barbarian yang
menyelamatkannya dari gangguan para fansboy-nya itu. Jika tak ada
dia, entah apa yang akan terjadi pada Irine.
“Hey, Irine.” sapa
seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Korganos, cowok yang
sedang ditaksir Irine (Lia: Cieee, Irine #PLAK!)
“Ah, hai, Korga!”
Irine menyapa balik.
“Aku punya sesuatu
untukmu.” kata Korganos.
“Ng? Apa itu?”
tanya Irine penasaran.
“Tadaaa~ Bunga
fresia, clover, dan shortcake untukmu!” Korganos memberikan semua
gift kesukaan Irine.
Seketika wajah Irine
merona, “E-Eh, sebanyak ini? Darimana kau mendapatkannya?”
“Aku mendapatkannya
ketika membantu muridku hunting di Calderock Village, hehe.”
kata Korganos sambil nyengir kuda #PLAK!
“Hee, terimakasih
ya.” kata Irine.
“Sama-sama.” jawab
Korganos sambil tersenyum pada Irine.
“Anu... Hmm, Irine.”
panggil Korganos memecah keheningan antara mereka berdua.
“Ya? Ada apa?”
tanya Irine.
“Apa kau punya
seseorang yang kau sukai?” tanya Korganos yang sukses membuat wajah
Irine tambah merona.
“Heee, memangnya
kenapa?” Irine malah bertanya balik.
“Tidak. Hanya ingin
tau saja.” jawab Korganos.
Hening kembali.
Mereka sibuk dengan
pikiran masing-masing.
Apa yang Irine
pikirkan?
Apa yang Korganos
pikirkan?
Entahlah.
-o-o-o-
Hari demi hari berlalu.
Semenjak hari itu, mereka menjadi semakin akrab. Korganos sering
memberikan barang yang disukai Irine, dan itu membuat gadis berambut
coklat dan bermata ruby itu senang.
“DOR!” seseorang
mengejutkan Irine.
“KYAAAAA!” Irine
berteriak sejadi-jadinya.
“Arlia, sudah
kubilang jangan membuatku ter--”
Irine terbelalak ketika
melihat yang membuatnya terkejut ternyata Korganos, cowok yang
disukainya.
“Haah, ternyata kau.”
Cowok itu hanya tertawa
melihat tingkah Irine.
“Aku ingin mengatakan
sesuatu padamu, Irine.” kata Korganos.
“Apa itu?” tanya
Irine penasaran.
“Irine, apa kau tau?
Sebelum aku mengenalmu sedekat ini, aku selalu memperhatikanmu dari
jauh. Entah kenapa, aku merasa kesal ketika melihat para fansboy-mu
itu mengerumunimu. Maka dari itu aku datang menghampirimu dan
menyelamatkanmu dari gangguan para fansboy-mu yang aneh itu. Semenjak
hari itu, aku memberanikan diri untuk mengenalmu lebih dekat. Dan
akhirnya aku sadar, bahwa aku... Menyukaimu.”
DEG!
Irine tertegun
mendengar ucapan cowok yang ada di depannya, tiba-tiba cairan bening
mengalir dari kedua sudut matanya.
“Aku menyukaimu,
Irine. Maukah kau menjadi pacarku?”
“A-Aku...”
Seorang Acrobat datang
menghampiri mereka berdua.
“Hey, Irine~ Gyaa,
kenapa kau menangis? Apa yang kau lakukan bodoh, hingga membuat Irine
menangis?” tanya Arlia yang tak lain dan tak bukan adalah
sahabatnya Irine.
“Hee, aku tak
melakukan apa-apa kok. Tiba-tiba saja Irine menangis, aku juga tidak
tau kenapa.” kata Korganos menjelaskan.
“PEMBOHONG! PERGI
KAU, DASAR FANSBOY TAK TAU DIRI!!” pekik Arlia.
DUAK!
Arlia pun menendang
Korganos sekuat tenaga hingga cowok itu cling-cling di langit.
“GYAAAAAAA~”
.
.
.
TAMAT
Kenta: Ending macam apa
ini, Master?!!
Lia: Yaa, ending gaje
*santai*
Reader: WOY, AUTHOR
BEGO! BISA BIKIN FANFIC KAGAK SIH? MASA ENDINGNYA ANEH BEGINI?!
*ngehajar Lia sampe tepar*
Tamako: Yaahh, Lia-nee
tepar tuh. Gimana dong?
Tamaki: Eh, lihat nih
ada selembar kertas yang jatuh. Kayaknya punya si Author Cuwaw itu.
Tamako: Coba baca,
nee-chan.
Tamaki: Katanya,
“READERS TERCINTA, MOHON MAAF ATAS ENDINGNYA YANG AMAT SANGAT GAJE
INI! TENANG AJA, LIA BIKIN EPILOGUE-NYA KOK! SILAHKAN DIBACA, READERS
TERCINTA YANG KECE MEMBAHANA BADAI! PELUK CIUM DARI LIA SANG AUTHOR
YANG UNYU INI ;)”
Tamako: E-Eh, gitu
katanya?
Tamaki: Iya. Ya udah,
silahkan dibaca aja yaa epilogue-nya ^^;
[Epilogue]
“Arliaaa, apa yang
kau lakukaaaaannn?!!” pekik Irine pada sahabatnya.
“Loh, kamu gak lihat?
Aku nendang fansboy-mu yang coba-coba gangguin kamu, kan?” kata
Arlia innocent.
“BODOH! Dia temanku
yang aku ceritakan padamu waktu itu!” pekik Irine lagi.
“APAAA?! Kenapa kau
tak bilang dari awal?!” tanya Arlia gak selow (?)
Cowok yang sedang
dibicarakan pun datang.
“KAU SAJA YANG
LANGSUNG MAIN TENDANG, GAK NANYA-NANYA DULU!” teriak Korganos
nyolot hingga membuat Arlia menutup telinganya karena teriakannya
keras banget.
“Ehehe, maaf. Aku
kira kau fansboy Irine yang akan melakukan hal aneh pada Irine.”
Arlia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
“Ya sudahlah tak apa,
lupakan saja.” kata Korganos santai.
“Jadi... Apa yang
sebenarnya kalian bicarakan tadi?” tanya Arlia yang membuat
keduanya blushing mendadak.
“B-Bukan apa-apa
kok!” pekik keduanya bersamaan.
“Hee? Bisa barengan
gitu, sepertinya ada sesuatu.” ledek Arlia.
“Tidak kok!” pekik
Irine yang wajahnya sudah merah sekali bagaikan buah apel kesukaan
King Cassius.
“Ya sudah, aku pergi
saja kalau begitu. Byee~” pamit Arlia pada mereka berdua.
Irine dan Korganos
cengo, kemudian hening.
“Jadi, apa
jawabanmu?” tanya Korganos memecah keheningan diantara mereka
berdua.
“Heee?” Irine
langsung salah tingkah.
“A-Aku... Aku juga
suka padamu. Bahkan sejak pertama kali bertemu.” kata Irine
malu-malu kucing (?)
“Jadi sekarang kita
beneran pacaran ya? Bukan kayak waktu itu lagi, cuma pura-pura.”
Mereka pun tertawa
bersama, mengingat kejadian ketika pertama kali bertemu. So, this
story have a happy ending, right?
.
.
.
.
.
TAMAT!!!
Lia: Happy ending~ ^o^
*loh udah gak tepar lagi?*
Kenta: Jelek ceritanya,
endingnya juga gak jelas gitu.
Lia: Yes, I know it,
Kenta! Baiklah kalau begitu, adakah yang mau mereview fic Lia yang
aneh ini?
(A/N: Tokoh di fic
ini diambil dari char DN-nya punya adik saya. Dan yang Acrobat itu
char DN punya saya, hehe.)
Silahkan tinggalkan
review-nya! ^^
v
v
v
Komentar
Posting Komentar