Seorang gadis berkacamata dan beralis tebal yang merupakan tokoh utama dan penulis cerita ini, melangkahkan kakinya keluar dari sebuah internet cafe yang biasa dia sebut 'BC'.
Di depannya, terdapat dua orang pemuda yang melakukan hal sama dengan gadis itu (baca: berjalan keluar warnet). Siapakah mereka? Mari kita lihat.
Salah satu dari kedua pemuda itu, yang tinggi badannya sekitar 170 cm lebih (Lia: Yah~ Kalau gak salah #PLAK), dan yang biasa gadis itu sebut 'My Beloved Beat Up Man', adalah kekasih dari si tokoh utama yang culun itu (Lia: H-Hey, siapa yang mengetik ini?! | Reader: Elu sendiri! *teriak pake toa*). Dan yang satu lagi adalah temannya si Beat Up Man yang sudah gadis itu anggap seperti kakaknya sendiri. Kenapa bisa begitu? Tanya saja pada sang Author yang menulis cerita ini (Reader: Kan elu sendiri yang ngetik, kenapa gak langsung dijelasin aja?!).
"Hujan. Mendingan tunggu sampai reda dulu deh." saran Kevin, temannya Adam si Beat Up Man (Lia: Aweu XD).
Yah~ Tadinya Beat Up Man mau mengantar kekasihnya pulang, tapi karena hujan jadinya dia terpaksa mengikuti sarannya Kevin. Lagipula cowok mana yang tega membiarkan kekasihnya hujan-hujanan?
Sambil menunggu hujan reda, kedua pemuda itu bergosip layaknya ibu-ibu arisan (Adam & Kevin: Enak aja, engga woy!). Ralat, mengobrol maksudnya. Membicarakan apa lagi kalau bukan soal game, dasar maniak game (Reader: Bukannya elu juga gitu? | Lia: Ng? *pura-pura gak denger*). Jika mereka berdua asyik ngobrolin game, lalu apa yang sedang dilakukan gadis itu? Lihat saja.
Gadis itu berdiri mematung, melihat jalan. Melihat mobil dan motor yang lalu lalang di jalan itu. Dan... Memperhatikan tetesan air hujan yang membasahi jalan itu. Sambil terus berimajinasi, gadis itu melangkahkan kakinya beberapa langkah. Kemudian merentangkan tangannya, membiarkan tangannya basah oleh air hujan. Hingga tiba-tiba Kevin menyadarkan lamunannya.
"Li, di rumah gak pernah hujan?" tanya Kevin.
Gadis itu menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke arah Kevin, "Iya, gak pernah."
Pemuda itu langsung sweatdrop mendengar jawaban dari lawan bicaranya. Sedangkan sang lawan bicara malah kembali melakukan aktivitasnya yang sempat terhenti barusan.
Beberapa menit kemudian, Adam berjalan keluar dari warnet menuju parkiran, tempat Lia dan Kevin berada. Begitu tiba di parkiran, Kevin langsung menceritakan pekerjaan konyol (?) yang Lia lakukan tadi saat Adam tak ada disitu.
"Tuh si Lia, aku lagi duduk disini tiba-tiba dia mainin air hujan. Aku tanya, 'Li, di rumah gak pernah hujan?'. Entah dia lagi gak fokus atau gimana, dianya malah jawab 'iya'." kata Kevin panjang kali lebar (?) sambil terus tertawa.
Lia langsung protes, "Udah ih, jangan diceritain. Aku maluuu~"
Percuma dia protes, toh Kevin udah selesai nyeritain semuanya.
Adam yang mendengar cerita Kevin barusan langsung ikut tertawa, menertawakan tingkah konyol kekasihnya itu.
"Pacar aku gitu loh, ngitungin air hujan." kata Adam.
Kevin langsung bertanya, "Udah berapa, Li?"
Yang ditanya bukannya jawab, malah ikut tertawa juga. Menertawakan tingkah konyolnya sendiri? Sungguh amat sangat konyol.
Setelah menunggu sekitar 20 menit, hujannya belum mereda juga. Hingga akhirnya gadis itu pun terus-menerus melihat jalan, memperhatikan rintikan air hujan (lagi). Ketika Adam memanggilnya, Kevin berkata...
"Diem, Dam. Lagi fokus dia."
Betapa konyolnya gadis itu.
Di depannya, terdapat dua orang pemuda yang melakukan hal sama dengan gadis itu (baca: berjalan keluar warnet). Siapakah mereka? Mari kita lihat.
Salah satu dari kedua pemuda itu, yang tinggi badannya sekitar 170 cm lebih (Lia: Yah~ Kalau gak salah #PLAK), dan yang biasa gadis itu sebut 'My Beloved Beat Up Man', adalah kekasih dari si tokoh utama yang culun itu (Lia: H-Hey, siapa yang mengetik ini?! | Reader: Elu sendiri! *teriak pake toa*). Dan yang satu lagi adalah temannya si Beat Up Man yang sudah gadis itu anggap seperti kakaknya sendiri. Kenapa bisa begitu? Tanya saja pada sang Author yang menulis cerita ini (Reader: Kan elu sendiri yang ngetik, kenapa gak langsung dijelasin aja?!).
"Hujan. Mendingan tunggu sampai reda dulu deh." saran Kevin, temannya Adam si Beat Up Man (Lia: Aweu XD).
Yah~ Tadinya Beat Up Man mau mengantar kekasihnya pulang, tapi karena hujan jadinya dia terpaksa mengikuti sarannya Kevin. Lagipula cowok mana yang tega membiarkan kekasihnya hujan-hujanan?
Sambil menunggu hujan reda, kedua pemuda itu bergosip layaknya ibu-ibu arisan (Adam & Kevin: Enak aja, engga woy!). Ralat, mengobrol maksudnya. Membicarakan apa lagi kalau bukan soal game, dasar maniak game (Reader: Bukannya elu juga gitu? | Lia: Ng? *pura-pura gak denger*). Jika mereka berdua asyik ngobrolin game, lalu apa yang sedang dilakukan gadis itu? Lihat saja.
Gadis itu berdiri mematung, melihat jalan. Melihat mobil dan motor yang lalu lalang di jalan itu. Dan... Memperhatikan tetesan air hujan yang membasahi jalan itu. Sambil terus berimajinasi, gadis itu melangkahkan kakinya beberapa langkah. Kemudian merentangkan tangannya, membiarkan tangannya basah oleh air hujan. Hingga tiba-tiba Kevin menyadarkan lamunannya.
"Li, di rumah gak pernah hujan?" tanya Kevin.
Gadis itu menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke arah Kevin, "Iya, gak pernah."
Pemuda itu langsung sweatdrop mendengar jawaban dari lawan bicaranya. Sedangkan sang lawan bicara malah kembali melakukan aktivitasnya yang sempat terhenti barusan.
Beberapa menit kemudian, Adam berjalan keluar dari warnet menuju parkiran, tempat Lia dan Kevin berada. Begitu tiba di parkiran, Kevin langsung menceritakan pekerjaan konyol (?) yang Lia lakukan tadi saat Adam tak ada disitu.
"Tuh si Lia, aku lagi duduk disini tiba-tiba dia mainin air hujan. Aku tanya, 'Li, di rumah gak pernah hujan?'. Entah dia lagi gak fokus atau gimana, dianya malah jawab 'iya'." kata Kevin panjang kali lebar (?) sambil terus tertawa.
Lia langsung protes, "Udah ih, jangan diceritain. Aku maluuu~"
Percuma dia protes, toh Kevin udah selesai nyeritain semuanya.
Adam yang mendengar cerita Kevin barusan langsung ikut tertawa, menertawakan tingkah konyol kekasihnya itu.
"Pacar aku gitu loh, ngitungin air hujan." kata Adam.
Kevin langsung bertanya, "Udah berapa, Li?"
Yang ditanya bukannya jawab, malah ikut tertawa juga. Menertawakan tingkah konyolnya sendiri? Sungguh amat sangat konyol.
Setelah menunggu sekitar 20 menit, hujannya belum mereda juga. Hingga akhirnya gadis itu pun terus-menerus melihat jalan, memperhatikan rintikan air hujan (lagi). Ketika Adam memanggilnya, Kevin berkata...
"Diem, Dam. Lagi fokus dia."
Betapa konyolnya gadis itu.
End
Lia: Yoo~ Lia kembali lagi ke dunia tulis-menulis. Yah, akhirnya setelah sekian lama gak bikin fic, lahir juga nih orific yang terinspirasi 100% dari kejadian nyata. Mungkin dengan lahirnya fic ini Lia bakalan berenti bikin fanfic ._. Kenapa? Ingin aja #PLAK Sekedar melatih writing skill yang terus mengalami penurunan aja sih. Entah kenapa Lia jadi suka menceritakan kembali kejadian yang Lia alami dengan POV (Point of View) yang berbeda. Ah, daripada kepanjangan ngetik A/N mendingan cukup sampai disini deh. Semoga orific ini bisa menghibur readers~ ^^
Komentar
Posting Komentar