Langsung ke konten utama

[OriFic] Untitled

Caci maki dari orang-orang sudah menjadi cemilannya sehari-hari.
Jadi sudah tak aneh jika ada orang yang melontarkan kalimat negatif padanya.

Dari yang meremehkan dia karena tak bisa melakukan apa-apa.

Dipandang sebelah mata oleh orang tuanya sendiri.

Sampai keberadaannya yang tak pernah dianggap ada.

Tapi gadis itu selalu bertahan. Sekejam apapun perkataan orang-orang yang dilontarkan padanya, dia hanya diam tanpa melawan orang-orang tersebut. Menerimanya dan menelannya bulat-bulat. Dia... Selalu berusaha untuk jadi gadis yang kuat.

Walaupun sebenarnya dia hanyalah seorang gadis yang lemah. Yang selalu bersandiwara menjadi gadis kuat di depan semua orang. Seakan-akan tak pernah ada sesuatu yang terjadi padanya.

'Cukup... Aku sudah lelah menghadapi ini semua.' batin gadis itu.

Dia berdiri dari tempat duduknya.

“Ada apa, Arisa?” tanya seorang guru yang tengah menerangkan materi di depan kelas.

Semua murid yang berada di kelas pun menatapnya dengan aneh. Tapi gadis itu hanya diam. Menundukkan kepalanya. Dan tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Senseinya.

“Diam...”

Gadis yang dipanggil 'Arisa' itu pun mengeluarkan sebuah benda yang sedari tadi disembunyikan di bawah mejanya yang ternyata adalah... Sebuah handgun. Semuanya langsung terkejut.

“A-Arisa... Apa yang terjadi padamu?” tanya sang guru panik.

“Aku bilang diam!” pekik Arisa sambil mengarahkan handgun yang dia genggam pada sang guru.

Hening.

Suasana semakin mencekam.

“Sacchan! Apa kau gila? Apa yang kau lakukan?!” pekik Akari, yang merupakan sahabat Arisa satu-satunya.

Arisa menatapnya dengan tatapan dingin dan mengarahkan handgun padanya.

“Diamlah, Ricchan.”

Akari terbelalak kaget. Bagaimana bisa sahabatnya itu mengarahkan sebuah handgun pada sahabatnya sendiri?

“S-Sacchan...” Akari gemetar. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Dia tak percaya sahabatnya melakukan ini semua.

Hening kembali menerpa. Tak ada seorang pun yang berani membuka mulutnya untuk memecah keheningan.

“Ricchan... Aku sudah lelah menghadapi ini semua.” ucap Arisa lirih.

Akari terdiam sesaat, sebelum mengatakan sesuatu untuk merespon ucapan Arisa.

Baka...”

Arisa terbelalak.

“Apa kau bodoh? Kenapa kau berkata seperti itu? Bukannya kau bilang bahwa kau akan terus bertahan seberat apapun cobaan yang kau terima? Sacchan... Bukannya kau gadis yang kuat? Yang tak akan menyerah begitu saja?” cairan bening mengalir membasahi kedua pipi Akari.

“Ricchan...”

“Apa kau ingat waktu itu? Waktu kau menceritakan semua penderitaanmu padaku, kau bilang bahwa kau akan terus bertahan dan bersandiwara seakan-akan tidak ada sesuatu yang terjadi padamu. Tapi kenapa... Kenapa sekarang kau malah bertingkah bodoh seperti ini?!” pekik Akari.

“Apapun yang terjadi... Ada aku yang selalu bersamamu kan?” lanjut Akari.

Tak ada respon. Sang lawan bicara hanya berdiri mematung. Matanya menatap kosong sahabatnya itu.

“Sacchan... Kau berubah.”

Arisa terbelalak kaget.

“Kau bukan Sacchan. Sacchan yang kukenal adalah gadis yang baik. Yang tak akan berteriak pada Sensei lalu menodongkan sebuah handgun pada sahabatnya sendiri.”

Dan kini air mata Arisa sudah tak terbendung lagi. Tak ada suara lain yang terdengar di ruangan kelas itu selain isakan Arisa.

“Sudah cukup... Hentikan! Aku tak mau mendengarnya lagi! Aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Persetan dengan semua orang yang merusak hidupku!” Arisa berteriak sekencang yang dia bisa.

Tangannya hendak menarik pelatuk handgun itu. Sontak Akari terkejut, begitu juga orang-orang yang ada di ruangan itu.

“Arisa! Hentikan!” pekik sang guru.

Percuma saja, tak akan ada yang bisa menghentikan Arisa saat ini.

Akari benar-benar tidak menyangka bahwa hidupnya akan berakhir di tangan sahabatnya sendiri.

Arisa menyeringai.

Sebelum menarik pelatuknya, dia mengarahkan handgunnya itu ke kepalanya sendiri.

Sayonara...”

DOR!
.
.
.
End

Lia: Haah, beres deh~

Kenta: Pendek banget.

Lia: Iya, ini hanyalah imajinasiku yang tiba-tiba lewat pas lagi merenung. Nyahaha~

Arisa: Ceritanya aku bunuh diri ya?

Tamako: Kasian sekali Arisa-nee.

Tamaki: Pasti gak bakalan ada yang mau baca nih.

Lia: Heee? Kejam sekali TwT *kemudian ngumpet di kolong meja*

(A/N: Berhubung Lia gak tau mau kasih judul apa, jadinya Lia kasih 'Untitled' aja deh. So, kalau ada yang mau usul untuk judul fic sampah ini, Lia terima dengan senang hati ^^)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fans Rahasia

Gak tau kenapa, akhir-akhir ini aku selalu ngalamin kejadian aneh. Beneran deh. Flashback dikit, beberapa waktu yang lalu aku main AyoDance . Karena gak ada temen di club yang online , aku jalan-jalan ke room orang. Dan nyasar lah ke suatu room One-Two Party .